Indonesia, Tren - Bunga nyatanya tak cuma sedap dipandang saat jadi penghias ruangan. Kecantikan bunga pun bisa jadi pelengkap tampilan dan aksesori fashion.
Namun ini bukan cuma soal jadi selipan kecil di saku jas atau setangkai yang terjepit manis menyibak rambut.
Rinaldy A. Yunardi, desainer aksesori dan delapan desainer bunga Indonesia membuktikan bahwa rangkaian bunga juga bisa jadi aksesori seni yang wearable (bisa dipakai).
Kolaborasi Rinaldy dengan delapan desainer bunga ini dilakukan untuk 'merayakan' keragaman bunga-bunga tropis di Indonesia dalam gelaran World Flower Council Summit (WFC) 2019. Pagelaran kolaborasi bunga dan fashion ini dianggap sejalan dengan ajang pertemuan florist sedunia ini.
Hanya saja menggabungkan fashion dan seni merangkai bunga diakui bukan hal yang mudah. Hanya saja tantangan terberat mungkin bukan untuk Rinaldy melainkan untuk para desainer bunga. Delapan desainer bunga yaitu Nixie Pyrena, Made Putra, Christian Warella, Teresa Maria Ineke Turangan, Dina Touwani, Nasna Kahin, Yohanes Wemby, dan Lim Su Wen, ditantang untuk melengkapi hairpieces buatan Rinaldy yang pernah ditampilkan dalam show 'Aku Untukmu Indonesia' di JFFF Kelapa Gading.
"Ini jadi kesempatan saya untuk bisa mengenal lebih bunga-bunga yang ada di Indonesia," kata Rinaldy saat konferensi pers.
"Selama ini ada seni merangkai dipakai untuk menghias dalam pot. Tapi kali ini dipakai sebagai wearable art. Jadi tantangannya adalah menggabungkan dua unsur ini untuk dipakai model, jadi harus yang indah tapi dalam bentuk besar."
Ditambahkan Rinaldy dan juga desainer-desainer lainnya, bahwa mengombinasikan ide mendesain bunga dan dengan karya dengan beda unsur material seperti logam dan besi memang tak mudah.
"Jangan sampai jadi seperti pot bunga berjalan," ucap Rinaldy.
"Yang paling sulit untuk menyatukan ide ini adalah kita harus menekan idealisme pribadi yang kita punya. Bunganya hanya jadi pendukung, enggak bisa heboh sendiri," ucap Yohanes Wempy, desainer bunga yang berkolaborasi.
"Desainnya harus ngeblend sama artworknya."
Satu desainer bunga ditantang untuk mendesain tiga headpieces Rinaldy Yunardi. Wempy sendiri mengklaim dirinya beruntung karena dia tak mendapat artwork yang terlalu banyak detail. Ini berarti dia masih bisa banyak berkarya dengan ide-idenya.
Wempy menghias artwork dengan konsep autum. Bunga-bungaan sepeti anggrek, rumput steelgrass, beargrass yang dianyam untuk memberikan kesan mewah, untaian bunga aneka warna yang diletakkan di tangan terseret di lantai menggambarkan musim semi.
Berbeda dengan Wempy, Made Putra desainer bunga lainnya menghadirkan koleksi yang lebih berwarna dan milenial. Dia menghadirkan tiga desain bunga ratna bali yang berwarna ungu, anggrek, dan juga kamboja. Dia mewakili Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Kepulauan Riau.
"Konsepnya sendiri sudah bikin lama, karena kita harus diskusi terlebih dulu. Tapi proses merangkainya itu baru semalam, tiga jam sebelum acara. Ini karena kita bekerja dengan bunga segar," kata Made Putra.
Tak cuma bunga, beberapa desainer juga menggunakan daun dan janur untuk kreasinya. Maria Teresa Ineke Turangan misalnya, dia juga menambahkan anyaman janur dalam desainnya.
Dalam beberapa koleksi, beberapa desainer terlihat lebih cenderung bermain aman. Mereka lebih banyak memilih untuk menambah bunga-bunga untuk melengkapi total look para model, bukan untuk menambahkan rangkaian bunga. Bisa jadi karena detail artwork Rinaldy sudah terlalu kuat, sehingga penambahan bunga malah dikhawatirkan bakal membuat koleksinya terlalu berlebihan.
Ada perbedaan yang jelas terlihat antara desain desainer senior dan muda. Desainer bunga senior lebih cenderung banyak membuat jubah-jubah panjang dengan tambahan bunga yang menjuntai dan cukup penuh. Sedangkan desainer muda lebih banyak membuat koleksi yang bergaya minimalis dan 'menjulang.'
Rata-rata bagi para desainer bunga, ini merupakan kesempatan pertama mereka untuk merangkai bunga sebagai bagian dari fashion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.