Banyak Masyarakat Indonesia Simpan Obat Keras Tanpa Resep Dokter - TRIK SAKONG

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here
Infomasi Penting : SITUS REKOMENDASI DARI KAMI SAAT INI ADALAH JPOKER99.COM dan JBANDAR.COM, MIN DEPO RENDAH WINRATE MANTAP, SILAKAN DI GAS BOSKU

Jumat, 27 September 2019

Banyak Masyarakat Indonesia Simpan Obat Keras Tanpa Resep Dokter

Indonesia, Kesehatan - Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan bahwa masih banyak masyarakat ibu kota yang menyimpan obat keras tapi tak disertai dengan resep dokter. Temuan tersebut diungkapkan usai pelaksanaan home care oleh para apoteker di Jakarta beberapa waktu lalu.

Banyak Masyarakat Indonesia Simpan Obat Keras Tanpa Resep Dokter

Wakil Kepala Dinkes DKI Jakarta Khafifah Any mengatakan dari 548 rumah tangga yang dikunjungi, sekitar 82 persen dari mereka memiliki obat-obatan di rumahnya. Alasannya mulai dari ada anggota keluarga yang sakit atau hanya sekadar berjaga-jaga tanpa ada yang sakit.

 Daftar Sekarang

Dalam peringatan Hari Apoteker Sedunia 2019 di Jakarta pada Rabu lalu, Khafifah memaparkan bahwa dari jenis obat yang disimpan, 82 persen merupakan obat bebas, 72 persen obat bebas terbatas, dan 47 persen obat keras namun tanpa resep dari dokter.

"Itu yang memprihatinkan," kata Khafifah, ditulis Jumat (27/9/2019).

Kebiasaan lain yang jadi sorotan adalah masih banyaknya masyarakat yang menyimpan obat antibiotik tanpa mengindahkan ketentuan yang berlaku.

"Jadi kebiasaan masyarakat kita itu memang menggunakan antibiotik. Nah itu entah untuk pengobatan yang tidak habis atau memang membeli, angkanya ada 47 persen," kata Khafifah.

Banyak Masyarakat Indonesia Simpan Obat Keras Tanpa Resep Dokter

Hal semacam itu dikhawatirkan bisa meningkatkan jumlah resistensi antibiotik pada masyarakat. Selain itu, 29 persen tidak mengerti soal penyimpanan di tempat khusus, 16 persen belum tahu soal penyimpanan obat suhu tertentu, 12 persen tak paham bahwa obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak, dan 6 persen tidak tahu bahwa obat harus terlindung dari cahaya.

Maka dari itu, Khafifah mendorong agar apotek mampu memberikan edukasi yang baik pada pasien.

"Kalau kita sudah memberikannya benar, pasiennya benar, obatnya benar, sudah dibacakan aturan pakainya, sudah dicek, tidak ada interaksinya, sampai di rumah apakah pasien itu patuh. Jadi sudah diinformasikan dengan baik saja kadang pasiennya tidak patuh," kata Khafifah.

Sehingga, apoteker dituntut untuk setidaknya menguasai komunikasi dan memberikan informasi yang benar bukan hanya pada pasien tapi juga keluarga.

Sumber : LIPUTAN6

 Daftar Sekarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Post Top Ad

Responsive Ads Here